ALFA DAN ULYA
Kisah ini bermula saat keduanya dipertemukan di sekolah
mereka. Dua sejoli yang berbeda ini mulai menaburkan rasa cinta satu sama lain.
Sebutlah Alfa dan Laylatul Ulya namanya. Rasa cinta yang ada pada diri mereka,
selalu mereka menyembunyikannya. Alfa ngga mau kalo rasa cintanya diketahui
sama Ulya, begitu juga sebaliknya.
Pada suatu kondisi, waktu itu, Ulya lagi kehujanan,
dipinggir jalan yang sepi. Dia sedang menunggu angkutan umum untuk pulang
kerumahnya. Hari semakin sore, dia hanya ditemani payung yang melindungi
dirinya dari hujan, namun tangannya ngga bisa menutup semua telinganya untuk
mendengarkan nyanyian gelegar yang memekakan telinga dari langit yang sedang
bermuka masam.
“kayanya udah ngga ada angkutan lagi nih... haduuuh,
pulang pake apa niiih?”, Ulya mulai cemas
Dari kejauhan terlihat Alfa yang sedang memacu motornya
untuk pulang kerumah setelah dia menyelesaikan tugas dari gurunya yang memakan
waktu cukup banyak. Dan dia melihat Ulya sedang menanti-nanti angkutan yang tak
kunjung datang. Namun dia tetap memacu motornya dan meninggalkan Ulya.
Seratus meter kemudian, Alfa memutuskan untuk mengajak
Ulya pulang, karena dia satu arah dengan dia. Namun dalam hatinya, dia tidak
langsung mengajaknya pulang, melainkan menanyakan dulu, apakah dia pulang
dengan angkutan atau sedang dijemput ayahnya. Akhirnya Alfa putar balik
motornya.
“Ul, kok sendirian?, Dina mana? Biasanya pulangnya bareng
sama dia.”
“iya inih sendirian, Dina udah pulang duluan.”, jawab
Ulya sembari tersenyum manis
“sekarang lagi nunggu angkutan apa lagi nunggu jemputan
bapak kamu?”
“lagi nunggu angkutan”
“tapi keliatannya udah ngga ada angkutan sore deh Ul”
“iya, aku juga lagi heran, biasanya jam segini masih ada,
eeeh tapi sekarang kok ngga muncul-muncul. Apa mungkin karena hujan yaah?”
“bisa juga iya Ul”
Hujan semakin deras, matahari disembunyikan awan-awan
hitam, langit sore tak seindah seperti biasanya yang diliputi warna kemuning
diatas ufuk timur yang melintang diatas cakrawala. Alfa mulai mengambil
tindakan...
“Ul, aku anterin pulang yaa?”
“Beneran?”
“iya beneran”
“kamu pulang sendiri aja deh,aku takut ngrepotin kamu”
“engga kok Ul, udah ikut aja, entar keburu maghrib, nanti
kamu bisa diomelin bapak kamu.”
“iya udah aku ikut kamu, maaf ya jadi ngrepotin kamu”
Finally, Ulya ikut Alfa, dan jas hujan yang sedang di
pakai Alfa, ia berikan pada Ulya. “masa cowo sejati seneng liat cewe
kehujanen”,ungkap Alfa dalam hati. Mereka akhirnya pulang...
Setelah kejadian itu, Ulya ngga tau harus bales kebaikan
Alfa pake apa. Dua hari dia habiskan untuk memikirkan apa yang patut ia kasih
ke Alfa, dan dia memutuskan untuk memberikan Alfa kue sebagai tanda terima
kasihnya yang telah menolongnya.
Setelah pulang sekolah, Ulya langsung meluncur ke toko
kue, dibelilah kue buat Alfa. Dan dia menunggu Alfa didepan rumahnya, karena
biasanya Alfa melewati rumahnya.
Lima belas menit kemudian, Alfa hendak lewat rumahnya,
dan Ulya melihat dia, akhirnya dia stop Alfa dan memberikan simbol terima
kasihnya itu pada Alfa dengan penuh kebahagiaan. Dan Alfa yang kebingungan ya
langsung aja menerimanya.
“ini sebagai tanda terima kasihku kemaren”, ucap Ulya
Hati Ulya mulai memekarkan rasa cintanya pada Alfa dan
ingin mengucapkannya. Namun ia tahan itu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Sampailah pada
hari ulang tahun Ulya. Alfa berinisiatif memberikan hadiah yang bisa menjadi
kenangan untuk Ulya. Alfa kemudian mencari di mall hadiah untuk Ulya, dia ingin
memberikan yang terbaik. Didapatlah sebuah jilbab yang bermotif bunga-bunga, yang
akan dia hadiahkan padanya.
Namun, dia tidak memberikannya pas hari ultahnya, dia
lebih memilih setelah ultahnya, biar lebih berkesan. Kesan buruk maksudnya,
hehehe.
“Ul, ini aku punya hadiah buat kamu, semoga bermanfaat.”
“waaaah, makasih Al”
Sekarang, tibalah hari ulang tahun Alfa. Dan kini,
tinggal Ulya yang sibuk memilih hadiah untuk Alfa. Tanpa bertela-tela, eeeh,
maksudnya bertele-tele dia langsung
membeli Al-Qur’an dan tasbih untuknya. Dia kemudian membungkusnya menjadi kado
yang menarik dan diselipi beberapa surat dan tulisan untuknya.
“Al, ini hadiah buat kamu, semoga bisa bermanfaat”
“makasih Ul.”
Beberapa hari kemudian, Alfa mulai membuka kado dari
Ulya. Dan dia menemukan surat yang isinya,...
“Assalamu’alaikum...
Untuk Alfa...
Hanya ini yang dapat aku berikan
Tidak ada maksud apa-apa dibalik semua ini
Aku hanya ingin memberikan sebuah kenangan...
Sebelum aku menutup mata untuk yang terakhir kalinya...
Adikmu,
Laylatul Ulya
Wassalamu’alaikum...
Setelah kejadian ini itu, yang membuat mereka semakin
mencintai, namun mereka berdua tetap saja menahan kata-kata yang biasanya
dilontarkan anak-anak remaja dizamannya.”Aku sayang kamu, Aku Cinta kamu, dll”.
Mereka saling menjaga kesucian satu sama lain, dan mengatakan itu pada waktu yang
halal.
Penulis: Always
0 komentar:
Posting Komentar