Bro
en sis rahimakumullah, ‘penggila’ gaulislam, ketemu lagi bareng saya, di bahasan
yang mirip-mirip sama tulisan saya sebelumnya , yaitu ‘pacaran’. Haha… bikin
ngakak nih, pacaran, pacaran, dan pacaran. Waduuuh, ada hubungan apa ya saya
dengan ‘pacaran’? *mikir sambil tepok jidat.
Eh,
Tapi nggak usah bingung, ragu, takut, en khawatir ya, Sob. Hubungan saya dengan
istilah ‘pacaran’, doi emang musuh bebuyutan kok. Jadi wajar, kalo saya ama
istilah pacaran emang sering dipertemukan editor, dalam buletin gaulislam yang
kita cintai ini. Tujuannya tentu ada. Yup, agar para remaja benar-benar ngeh
kalo pacaran itu emang bukan budayanya remaja muslim. Pacaran itu nggak nyeni banget dilakuin remaja muslim, dan
sekali haram, pacaran tetaplah haram, titik teu
dikomaan (baca: titik yang nggak pake koma lagi).
Wah
ngotot banget nih, gaulislam bahas tentang pacaran terus.
Sstt… habisnya, suka sad-sad gitu kalo lihat remaja yang
pacaran, tapi sebenarnya mereka tahu hukumnya haram, padahal nih para aktivis
rohis udah panas tenggorokan, pada serak ngasih tahu nggak bosan-bosannya.
Selebaran pun bertebaran, mading sampe jamuran. Semua berisi dengan tulisan
“Say No To Pacaran”. Begitupun di masyarakat, banyak majelis taklim remaja yang
teriak-teriak bahwa pacaran itu haram. Oya, bukan cuma itu, kekeliruan remaja
memahami konsep cinta pun sering jadi alasan. Padahal nih ayat udah ngolotok banget alias udah hapal di luar
kepala kayaknya: “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu
jalan yang buruk.”(QS al-Israa’
[17]: 32)
Semua
hal yang mendekati zina tentu itu harus kita jauhi. Nggak pakai alasan-alasan
lagi.
Ta’aruf,
atau pacaran terselubung?
Ada
nggapan ngawur bahwa kalo remaja nggak pacaran siap-siap dibilang katro, norak,
nggak laku dsb. Jadi seolah pacaran bagi remaja adalah sebuah hal yang perlu.
Anak SD pun udah banyak yang pacaran. Hancur deh generasi di hadapan mata,
semua sibuk dengan urusan naluri cinta namun diekspresikan melalui jalan yang
menyimpang, atau tepatnya melalui aktivitas yang namanya pacaran.
Bro
en Sis, padahal kan justru yang ngelakuin pacaran itu bisa dibilang katro,
karena pacaran itu kan bukan budaya dari Islam. Islam melarang aktivitas
pacaran, tapi untuk memenuhi naluri melestarikan keturunan, rasa cinta itu
diberi ruang untuk mengekspresikannya melalui
pintu pernikahan. Bener Bro en Sis: pacaran itu hubungan terlarang,
sementara nikah itu ikatan yang halal.
Nah,
ini adalah masalah lagi nih. Bener. Kekeliruan pun kian banyak terjadi. Saat
banyak yang ‘sadar’ pacaran itu haram, tetep aja setan belum puas ganggu
manusia. Maka akibatnya, setan ngasih jebakan baru, sehingga orang mencari
jalan lain yang dianggap aman dan halal—menurut hawa nafsunya.
Apa
buktinya? Yup, jadinya ngakalin. Dalam Islam kan dikenal istilah ta’aruf,
istilah inipun akhirnya diselewengkan oleh aktivis pacaran sebagai suatu hal
yang mirip dengan pacaran. Padahal, keliru banget. Ta’aruf yang mereka lakuin
adalah ta’aruf yang terkontaminasi dengan hawa nafsu yang dikemas dalam
hubungan gelap bernama pacaran. Modus yang mengecewakan, Bro en Sis. Padahal ta’aruf
itu adalah suatu tahap yang ada dalam proses khitbah (baca: meminang—yang sudah
serius ke arah pernikahan). Jadi khitbah dulu baru ada tahap ta’aruf di
situ—tentu saja dengan syarat-syarat yang ketat, seperti nggak boleh berduaan
meskipun udah khitbah. Kalo sudah khitbah berarti sudah siap menikah, karena
khitbah itu berupa pinangan seorang lelaki kepada wanita melalui permohonan
resmi kepada orang tua si wanita dengan tujuan untuk menikahinya. Nah, kalo
belum siap buat nikah? Ya, itu berarti bukan ta’aruf itu mah, tapi pacaran terselubung pake kedok ta’aruf. Parah!
Jadi,
plis deh kawan. Kamu yang masih ngotot bahwa dirimu sedang ta’aruf tapi
nyatanya terselubung jadi pacaran, segera nyadar sebelum ajal datang. Sterilkan
dari hal-hal yang akan menjerumuskan pelaku ta’aruf ke hal-hal yang hina dari
mendekati zina atau malah zina yang sesungguhnya.
Remaja
dan cinta
Remaja,
adalah masa yang katanya “serba transisi”. Peralihan dari anak-anak jadi dewasa
dengan pemikiran yang mulai berjalan secara bercabang-cabang dengan tujuan yang
katanya untuk mencari jati diri. Waduh, nih lebay nulisnya ya, belibet pula
kayak gini. Yup, intinya masa remaja itu juga ditandai dengan memperhatikan
penampilan agar terlihat sempurna. Nggak ketinggalan, rasa-rasa sumringah berwarna
pink atau yang kita kenal virus merah jambu ini pun tak dipungkiri mulai
menempati posisi tersendiri dalam rona kehidupan remaja. Bener kan? Kamu
ngerasain juga? Hehehe. Sama.
Perasaan
cinta yang menghampiri itu emang naluri, namun tidak berarti kita bebas
memuaskan naluri melestarikan keturunan itu diwujudkan dengan pacaran atau
dengan hal-hal yang kita inginkan menurut hawa nafsu kita yang masuk kategori
mendekati zina atau malah berzina. Naudzubillah
min dzalik.
Nah,
dalam Islam tentu kita (seharusnya) tahu banyak tentang syariat Islam yang bisa
cegah manusia dari zina. Jadi, ‘rasa cinta’ adalah fitrah, namun pemuasannya
adalah pilihan. Maka, tentukanlah sekarang Bro en Sis, mau ikut aturan siapa?
Nurut sama aturan Allah Ta’ala atau ikutan aturan selain Islam dengan ngelakuin
pacaran? Tapi tentu ada konsekuensinya dari setiap pilihan. Milih pahala atau
dosa?
Sobat muda muslim,
kalo boleh ngasih tips nih ya, tentu sebagai mahluk Allah Ta’ala kita tentu
yakin akan adanya hari perhitungan (yaumil hisab). Daripada di akhirat sengsara
karena nyoba pacaran, ya mending ikut aturan Allah yang tentu menyelamatkan.
Ikut aturan Allah Swt adalah tanda kita beriman seratus persen padaNya, juga
bukti cinta kita padaNya.
Bro
en Sis, pembaca setia gaulislam, aturan Allah Ta’ala sudah pasti ada hikmah dan
manfaatnya. Jadi, jangan ngerasa rugi ketika kita memutuskan taat pada Allah,
karena bagaimanapun kita ini manusia, kawan. Kita tidak tahu apa yang terbaik
buat kita, maka jadikanlah Allah yang Mahatahu segalanya sebagai rujukan
aktivitas yang kita lakukan.
Cinta
Islam sampai mati
Rasa
cinta memang naluri, Islam sangat tegas dan jelas menentukan aturan terhadap
rasa cinta yang dimiliki manusia. Sssttt.. bukan berarti Islam mengekang
manusia lho, justru ini tanda Islam peduli umatnya. Tanda Allah Ta’ala cinta
hambaNya. Agar manusia nggak jatuh terjerumus pada hal-hal yang menghinakan dan
juga menyengsarakan manusia.
Oya,
dilarang ngelakuin pacaran itu, bukan berarti kita terlarang punya cinta. Kita
bisa tetep punya cinta kok. Kita bisa salurkan rasa cinta ini pada suatu hal
yang benar dan baik. Tentu saja cinta yang diekspresikan sesuai tuntunan Allah
Swt dan RasulNya.
Eh,
ngomong-ngomong tentang subjudulnya yang ‘cinta Islam”, apa sih maksudnya?
Hmm.. ini nih ada ayat dalam al-Quran yang patut kita perhatikan dan renungkan,
“Katakanlah ,’Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih amu cintai dari pada Allah dan
RasulNya dan (dari) Jihad di JalanNya , maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusanNya.” Dan Allah tida memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik.(QS at-Taubah [9]: 24)
Bro
en Sis rahimakumullah, masa remaja yang katanya enerjik dan penuh semangat,
sebenarnya bisa diarahkan jadi pengemban obor perjuangan. Namun, amat
disayangkan bagi remaja yang enggan berjuang untuk Islam. Ayolah, jangan sibuk
ngejar cinta birahi terhadap lawan jenis yang buat kita terhina—karena cara
ekspresinya nggak halal. Seharusnya kita bisa sibuk memperjuangkan Islam, sibuk
mencari ilmu Islam, itulah bukti bahwa kita punya cinta, cinta pada Islam!
BTW,
kalo kamu nggak pacaran pun, tenang aja soal jodoh. Jangan takut nggak dapet
jodoh atau khawatir jodoh yang kita dapat bukan jodoh yang terbaik. Sebab,
Allah Ta’ ala sudah tentuin jodoh kita masing-masing. Termasuk seperti apa
jodoh kita kelak. Baik atau buruknya, tergantung pribadi kita juga lho. Firman
Allah Swt., “Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula).”(QS an-Nuur [24]: 26)
So,
berdoalah pada Allah agar kita diberikan jodoh terbaik. Tentunya kita pun aktif
perbaiki sikap kita agar jadi pribadi yang senantiasa bertakwa pada Allah Swt.
Tetap konsisten dalam Islam, dan tentu saja tetap taat pada Allah. Salah
satunya nih, dengan menahan gejolak cinta yang telah Allah berikan. Tahan dan
kendalikan sampai waktunya tiba, yakni saat kita halal dengan seorang yang
telah ditentukan Allah sebagai jodoh kita melalui pernikahan. Itulah bukti kita
masih punya cinta.
Oke
deh, keep smile, hamasah buat kamu semua, pembaca setia gaulislam. Oya, jika cinta
Allah sudah didapat, maka insya Allah surga pun bisa kita raih. Itulah janji
Allah. FirmanNya, “Dan barang siapa yang
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugrahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shidiqien,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
sebaik-baiknya.”(QS an-Nisa[4]: 69)
Yuk,
pastikan kamu tetap memiliki cinta meski tidak kamu wujudkan dalam pacaran.
Stop pacaran! Taat dan takutlah hanya pada Allah Ta’ala. Insya Allah, semua
akan indah pada waktunya, yakni nanti dalam pernikahan. Sekarang? Fokuslah
belajar, Bro en Sis! [Wilda Awaliyah |
Twitter @wildafillaah]
0 komentar:
Posting Komentar