REMAJA MUSLIMAH, MOVE ON!
Wah, ternyata masih banyak ya muslimah muda yang pikirannya
masalah mode en duniawi aja dalam kehidupannya. Ya, masalah Islam sebagai
ideologi cuma dianggap sekelebatan aja atau diambil setengah-setengah. Mereka
anggap masa remaja masa yang ‘suka-suka’, mencari jati diri (tapi nggak
ketemu-ketemu). Masalah akil baliq sebagai proses pendewasaan menuju kesiapan
menerima amanah yang lebih ‘berat’ malah terabaikan. Begitu dapat masalah, yang
jadi rujukan malah media-media remaja yang nggak islami.
Lucunya, dari jaman saya ABG sampe sekarang, konten media
remaja nggak jauh-jauh amat solusi yang dikasih. Contoh aja nih: fashion
‘before-after’. Before: wajah kusam nggak bermake up, rambut nggak berhijab,
baju model tahun jebot; After: wajah kinclong bermake up, rambut di-stylish
gaya artis terkini dan begitu pula baju yang dipake kekurangan bahan. Ya
gitu-gitu aja. Udah gitu yang dijadiin panutan gayanya para seleb Barat, Korea,
Jepang yang up to date. Bukan pakaian yang menutup aurat secara sempurna.
Ironis, tragis dan mengenaskan. Woi,
nggak layak muslimah model begitu.
v Jati diri muslimah
Yup, talking seriously Gals. Eyes to eyes, heart to heart.
Mungkin saking terbiasa dengan kenyamanan alias stuck in comfortable zone plus
nggak mau turun gengsi, nggak sedikit muslimah yang masih betah dalam
sekulerisme (memisahkan antara aturan agama dan kehidupan) dan menjadi liberal
plus berpaham kapitalis yang akhirnya jadi matre dan konsumtif.
“Kan, masih muda terus hidup cuma satu kali. Jadi nikmatin
aja. Lagian, nggak minta juga diciptain ke dunia ini. Kalo mati ya mati aja.
Terserah Tuhan mau ngapain gue. Emang
masalah buat elo?” — nganga deh kalo ketemu ‘muslimah’ yang ditegur en
dinasehati tapi jawabannya kayak gitu.
Huuft..
Bro en Sis rahimakumullah pembaca setia gaulislam, memang
akan bermunculan beraneka ragam jawaban yang isinya ‘pembenaran-pembenaran’
(bukan kebenaran). Contoh aja, berpakaian. Kalo ada acara-acara religius,
pakaiannya pada nutup dengan sopan tapi tetep keliatan lekuk tubuh, kalo pun
nggak pake kerudung ya pake pashmina atau selendang yang cuma diselempangin
begitu aja di kepala dan kalo kena angin atau kebanyakan gerak ya kelepas deh,
kemudian rambutnya pun keliatan.
Makanan? Kadang suka sok-sok’an ngikutin makanan ala Barat,
Korea, Jepang tanpa ngertiin dulu yang dimakan halal atau nggak. Kadang
martabat udah jadi tinggi banget cuma karena bisa makan ala mancanegara. Gaya
hidup pun mudah keikut arus. Apalagi kalo udah keikut gaya hidup konsumtif.
Kalo nggak pake barang-barang bermerk dan original, rasanya nggak ok.
Bagaimana dengan pandangan hidup? Halah, ternyata nggak
fokus menjadikan Islam sebagai standar. Padahal, kalo dalam Islam cukup
memahami, bahwa kita diciptakan oleh al-Khalik yakni Allah Ta’ala, begitu
diciptakan dan menjalani fase-fase kehidupan kita sudah diberi petunjuk melalui
al-Quran dan as-Sunnah untuk menjalankannya dalam kehidupan. Next, begitu ajal
tiba, kita kembali kepada Allah dan kemudian menuju akhirat, dikumpulkan di
padang Mashyar, dihisab segala perbuatan di dunia lalu menanti hasilnya, surga
atau neraka.
Jadi, jati dirinya seorang muslim ya keislamannya itu.
Mengamalkan seluruh aturan Allah Ta’ala dalam kehidupan. Susah? Berat? Memang.
Tapi pasti bisa. Kalo mau belajar, berusaha dan membiasakannya dalam kehidupan.
Contoh: Belajar berhijab, berusaha untuk selalu mengenakannya dan membiasakan
disiplin untuk berhijab (jilbab dan kerudung) tanpa pilah-pilih momen. Mau
mantenan, perpisahan, ke pasar, sekolah tetep berhijab. Titik. Dilarang? Sama ortu? Sama pihak
sekolah? Kampus? Tempat kerja? Itulah ujiannya. Allah Swt. menguji keimanan
para muslimah. Pengorbanannya untuk bisa berhijab insya Allah imbalannya adalah
surga.
Allah Swt.befirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak
diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3)
Dan, begitu kita bebas
berhijab sesuai syariah apakah kemudian tenang? Sebenarnya masih ada PR. Yakni, mengajak muslimah lainnya yang belum
berhijab untuk memakainya selain itu juga memperjuangkan kembali kehidupan
Islam agar seluruh aspek kehidupan murni bertumpu pada Islam.
Kapitalisme bikin rugi
lahir batin
Apa sih ukuran cantiknya seorang wanita? Ternyata kini kapitalisme telah mengubahnya
menjadi, cantik itu putih, langsing, wajah cerah tanpa noda. Berlomba-lomba deh pada beli krim pemutih
badan dan wajah, terus beli produk pelangsing tubuh. Pengen merawat tubuh dan
wajah sih ok aja, tapi liat dulu prioritasnya, penting banget berkulit
kinclong? Kalo penting, ok, kan merawat anugerah ilahi. Tapi liat dulu, produk
yang dipake, halal nggak? Terus, nggak harus ber-make-up kan? Selain itu, walau
pun produknya halal tapi dipake di saat yang nggak pas, ya bisa jadi maksiat.
Contoh: kosmetiknya terbuat dari bahan halal, tapi makenya buat tebar pesona
dengan lawan jenis atau ber-make up menjadi kewajiban karyawati di kantor
misalnya. Ditambah lagi dengan
kontes-kontes kecantikan ‘Miss ini Miss itu’ yang standar penilaiannya ya
tetep: fisik.
Kadang saya suka kasihan melihat SPG-SPG yang dengan
pakaian kekurangan bahan plus bodi berlekuk dan wajah kinclong nawarin
barang-barang dagangan dengan kemolekan tubuh mereka di tempat-tempat umum.
Pengen nangis rasanya. Apa nggak malu? Bahkan, ada yang kasusnya ‘bunglon’,
jadi sehari-hari kerudungan dan berwajah innocent eh begitu on duty berhubung
tuntutan kerja (nah, kenapa jadi mau kerja yang begitu. Terdesak butuh duit?),
bablas deh pamerin auratnya. Na’udzubillah min dzalik.
Kalo yang nggak ngeh en su’udzon bagaimana cara Islam memuliakan
wanita, ya bilangnya ribeut, fanatik, terkekang. Waduh, bukannya udah kewajiban
tuh melaksanakan perintah Allah Ta’ala? Allah Swt udah melindungi dan
memuliakan muslimah dengan aturanNya.
Jadi, berjuanglah, Gals! Bebaskan dirimu dari belenggu
kapitalisme. Insya Allah, bisa! Kalo nggak berusaha, bisa terus-terusan bodi,
wajah, tenaga bahkan keimananmu dieksploitasi ama yang namanya kapitalisme.
v Remaja muslimah idaman umat
Nah, Gals. Sebenernya, kalo udah berusaha membebaskan diri
dari belenggu kapitalisme nan sekuler dan matre itu, justru sebenarnya akan
menjadi remaja muslimah idaman umat. Mungkin, bagi yang nggak ngerti akan
pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan ya akan mencemooh. Tapi seperti yang saya bilang, ya itulah
ujiannya. Ujian keimanan, juga mempertahankan kebenaran.
Jangankan orang sekeliling, ortu pun yang nggak ngeh akan
pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan bakal ngelarang anak-anaknya untuk
mengkaji Islam, berhijab, dan berdakwah. Sebaliknya malah nyuruh anaknya
pacaran. Larangan tersebut berdasarkan alasan bahwa anaknya jadi nggak gaul,
dan terbawa aliran sesat. Waduh! Yah, bersabarlah. Padahal dengan kembalinya
kita kepada Islam dan menjadi anak shalihah justru menjadi aset terbesar untuk
ortu kita begitu di akhirat kelak. Mudah-mudahan ortu kita ngerti ya. Amiin.
Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka
putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.”(HR Muslim)
Untuk saat ini apalagi ditambah isu-isu teroris yang
bener-bener bikin stigmatisasi terhadap Islam, segala upaya dan langkah kita
untuk taat kepada syariah hingga memperjuangkan khilafah dianggap anomali.
Tapi, percaya deh. Masa’ kita mundur,
padahal Allah udah menjamin surga untuk umatNya yang bener-bener berjuang di
dalam Islam, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri
dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah,
lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari
Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati
janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang
telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.(QS at-Taubah [9]:
111)
v Move On!
Yup, teruslah berjuang untuk menjadi remaja muslimah idaman
umat, yang mampu menjadi penerang bagi umat yang kini tengah dicengkeram
kapitalisme global. Bersiaplah untuk
selalu bertahan dalam menghadapi segala cobaan yang datang. Tenang, you’re not
alone. Bersama kita bisa! So,aktiflah di Rohis, syukur-syukur bisa bergabung
dengan komunitas-komunitas Islam yang memperjuangkan tegaknya kembali syariah
Islam di muka bumi ini. Islam yang dijadikan sebagai ideologi negara dalam naungan
Khilafah Islamiyah.
Nah, kalo udah gabung untuk dibina dalam mengkaji Islam
kita kudu bersikap sungguh-sungguh. Coz, kita dibina bukan sekadar untuk
‘penyegaran jiwa’, tapi digembleng supaya bisa jadi pribadi tangguh yang nggak
keder ngorbanin mental, materi/harta, waktu sampe jiwa. Ehhh.. kok serem gini?
Yang serem mah film horor. Yaa.. emang dikira aplikasi Islam main-main gitu? Ya
nggak lah. Kan katanya mau jadi muslimah shalihah, ya kudu tahan banting.
Makanya kita bakal dibina bener-bener baik itu dalam masalah ilmu Islam juga
dibina untuk aplikasinya dalam kehidupan. Jadi, nggak sekadar ta’lim. Belajar,
pulang, bebas. No! Tapi: belajar dan diskusi, resapi, pikirkan, amalkan,
sebarkan (dakwahkan) dan pertahankan kebenaran. Gitu, Non!
Gimana, Gals? Siap jadi muslimah idaman umat? Mau nggak mau
kudu siap karena memang kewajiban yang harus kita taati. Oke deh, selamat
berbenah diri, mengubah diri menjadi lebih baik dan bersungguh-sungguh
mengamalkan Islam dalam kehidupan. Mulailah dengan cintai Islam dan ikuti
kajian-kajian keislaman. Hamasah![Anindita | e-mail: thefaith_78@yahoo.com]
0 komentar:
Posting Komentar